300x250 AD TOP

Wednesday, 9 April 2014

Tagged under:

Ketika Harga Saham Tidak Berarti Lagi


Ketika Harga Saham Tidak Berarti Lagi

 Jakarta —  Beberapa hari lalu, manajemen Bank BTPN (BTPN) mengumumkan Sumitomo Mitsui Banking Corporation (Sumitomo) kembali membeli 15,7% saham BTPN melalui pasar negosiasi, dengan harga pembelian Rp6.500 per saham, atau jauh di atas harga pasar ketika itu, yakni Rp4,.300 per saham.

Artinya, Sumitomo resmi memegang 40% saham BTPN. Pertanyaannya mengapa Sumitomo berkenan menggelontorkan dana hingga Rp15,2 triliun untuk mengambil alih 40% saham BTPN di harga Rp6.500?

Sebagai investor kecil, termasuk masih memiliki emosi yang labil, Penulis berasumsi nasib investasi di pasar modal sangat ditentukan oleh pasar, bandar, dan kita tidak punya apapun untuk melawan mereka.

Kalau IHSG turun maka sebagian besar saham turun tidak terkecuali saham berkapitalisasi besar. Alhasil portofolio seketika dihiasi warna merah. Untuk saham-saham yang kecil, kadangkala Penulis tidak berdaya.

Setelah mempelajari dan menganalisa beberapa saham, Penulis tertarik dengan PT Ekadharma International Tbk (EKAD). Ketika itu, harganya masih di level 360-an. Masalahnya, EKAD ini tidak likuid dan ditambah lagi dengan kondisi pasar sedang bearish, maka volume transaksi perdagangan sepi.

Di sisi lain, ketika penulis akhirnya sukses membeli EKAD pada jumlah yang banyak pada harga tersebut, maka ketika harga EKAD ini di lantai bursa naik sampai 400-an, tidak berarti apa-apa. Karena kalau memutuskan untuk keluar dari EKAD, maka tidak akan bisa menjualnya secara sekaligus pada harga 400 tersebut, mengingat volume bid-nya tidak banyak.

Penulis mulai menganggap bahwa harga saham di pasar tidak berarti apa-apa. Hanya karena saham yang dipegang harganya naik, maka bukan berarti langsung untung.

Nah, jadi balik lagi ke soal Sumitomo dan BTPN. Pertanyaan kenapa Sumitomo mau beli BTPN di harga 6.500, jawabannya Sumitomo bisa membeli BTPN ini dengan cara membelinya di pasar, karena jumlah offer-nya sangat sedikit.

Jika Sumitomo memaksakan diri untuk membeli saham BTPN di pasar reguler pada harganya 4.000-an, maka mereka tidak akan bisa ambil banyak, tanpa membuat harga saham BTPN langsung menguat.

Di sisi lain bagi pemegang saham BTPN sebelumnya, yakni TPG Capital, maka mereka juga tidak keberatan menjual 40% saham BTPN ke Sumitomo pada harga 6.500, karena mereka tidak mungkin menjual BTPN ke investor publik pada harga segitu secara sekaligus.

Sementara bagi Sumitomo, langkah mereka masuk ke BTPN adalah untuk memegang bank ini untuk seterusnya, karena memang bisnis mereka di perbankan.

Published: 4 Apr 2014 Sumber : IMQ21.comAuthor: Susan Silaban



0 comments:

Post a Comment