Picture: catatan-harian-auni.blogspot.com |
Dalam 1 semester ke depan, pergerakan IHSG masih dilingkupi tematik pemilu. Dari 240 juta penduduk, hanya ada sekitar 70% pemilih, dikurangi yang apatis bergolput bersisa 35% yang akan memilih atau sebesar 26% dengan suara mengambang.
Dalam 1 dekade, jumlah partai berkurang setengah, sama seperti tahun 2004 yang berkurang setengah sejak zaman reformasi. Adapun dari partai yang ada sekarang, sepertiganya adalah partai baru. Lebih menarik lagi, ternyata hanya 24% partai yang duduk di parlemen di tahun 2009 (tahun ini diprediksi dua pertiganya lolos ambang batas parlemen). Partai politik akan memiliki kekuatan yang lebih besar dibandingkan dengan presiden jika tidak ada partai yang memenangi lebih dari seperempat parlemen.
Lima negara BIATI (Brazil, India, Afsel, Turki, Indonesia) yang dijuluki sebagai negara rentan rapuh karena tergantung sekali dengan pendanaan asing. (Di Indonesia, 34% obligasi negara dan 63% pasar saham dikuasai oleh investor asing). Tahun ini kelimanya akan menggelar pemilu, bersama 7 negara terbesar di pasar berkembang lainnya. Pemilu secara tipikal akan mengerem arus kapital ke pasar berkembang secara temporer.
Di dalam negeri, dampak negatif El Nino berpotensi mengangkat inflasi sekitar 0,5%, suatu besaran yang kurang lebih sama seperti sumbangan pemilu terhadap pertumbuhan ekonomi nasional, dikarenakan dana kampanye yang bergulir sebesar Rp205 triliun dan mobilisasi dana sekitar Rp25 triliun ke pasar dengan 2,5 juta kesempatan kerja terbuka selama Pemilu 2014. Adapun inflasi memiliki efek yang kecil terhadap pemilu karena inflasi di Indonesia condong didorong oleh faktor sisi penawaran, bukan permintaan.
Dalam hitungan hari, khususnya fase di antara 9 April dan 9 Juli, akan ada “arisan besar” yang terjadi setiap separuh dekade, semua sibuk koalisi dan kawin paksa politisi avonturir. Potret hari demi hari etalase politik ekonomi nasional menjadi sangat dinamis, namun diskrit dan hanya siklikal terhadap ekonomi agregat.
Seperti yang sudah terjadi di medio Maret lalu, 1 hari kenaikan euforia (Super Ember: Surat perintah empat belas Maret) Efek Jokowi sudah hilang, bahkan disusul oleh penurunan yang lebih besar 1 pekan sesudahnya. Pasar keuangan di Indonesia belum efisien, namun efektif dalam menanggapi sesuatu di luar ranah ekonomi hingga memapar risiko gelembung temporer.
IHSG sejak awal tahun masih dalam kanal naiknya dengan volatilitas lebar merentang sekitar 18% di tengah bursa regional yang kurang kondusif. IHSG sudah terbang, tapi mungkin tidak bisa mendarat mulus, karena semua faktor masih berada di fase renjana dan rencana sarat harapan yang penuh dengan fenomena politis, belum menjadi postulat sehingga pasar optimis seratus persen dalam jangka menengah.
Sepekan sebelum Pemilu Parlemen belum ada penembusan tingkat tahanan IHSG di 4.900, membuat pasar terlihat ambigu jelang hari ke-9 di bulan ke-4, dengan plausibilitas yang sama juga akan bergerak dengan pola serupa hingga 9 Juli. Waspadai jika pasar berbalik arah oleh aksi ambil untung para pelaku pasar dalam jangka pendek, dengan risiko terdekat saat ini ada ke tingkat 4.723—4.777.
Preferensi pasar bersifat transitif dengan pandangan yang masih nisbi. Hati-hati untuk mengelola risiko di tengah pasar yang sedang seru namun saru karena terlalu optimis pada politik di tengah struktur ekonomi APBN yang tidak efektif apalagi ekspansif dan sudah usang karena meleset sedari awal tahun.
Hasil rilis laporan keuangan emiten sudah terfaktorkan di IHSG, dengan hasil secara operasi bisnis yang masih mendatar, sedangkan laba bersih dicatatkan lebih baik dibandingkan ekspektasi pasar, dengan sektor terbaik yaitu Perkebunan, Otomotif dan Infrastruktur. Adapun rasio harga terhadap pendapatan lebih sensitif terhadap premium risiko dibandingkan dengan faktor inflasi maupun tingkat bunga acuan.
Investor hendaknya tetap berposisi dan berotasi pada saham-saham defensif karena secara fundamental sudah tidak murah lagi valuasi pasar saat ini. Normalnya, IHSG di rasio harga terhadap pendapatan 13x (rerata 7 tahun secara absolut) dan 15x secara relatif terhadap regional (sedangkan saat ini IHSG sudah berada di tingkat 18x, hanya lebih murah tipis di bawah Filipina dan India).
Dalam separuh dekade terakhir, IHSG selalu bergerak positif di bulan April dan menghasilkan rerata kenaikan sebesar 6,8%. Target kenaikan minor IHSG terdekat dibatasi oleh resistansi psikologis di kisaran 4.959—5.051. Sektor pilihan saat ini selain saham-saham BUMN adalah sektor infrastruktur, konstruksi, konsumsi dan perbankan. Berikut saham pilihan selektif pekan ini: ASII, BMRI, JSMR, PGAS, SMGR, TLKM, WIKA.
Pemilihan umum telah memanggil kita, mari menyambut gembira hak demokrasi Pancasila, hikmah Indonesia merdeka. Awas jangan hanya memilih figur, pilihlah pemimpin. Selamat berpesta!
Sumber : inilah.com
Penulis : David Cornelis, Head of Research KSK Financial Group.
Rekomendasi Untuk Anda
0 comments:
Post a Comment